4 Feb 2018 . Contoh teks akuntansi dalam bahasa . Buat kamu yang lagi nyari teks naskah drama dalam bahasa jawa yang dimainkan 2 sampai 8 orang.. Contoh naskah drama bahasa lampung - 5492772.. cerita rakyat adalahTeks Drama 8 Orang Dalam Bahasa Lampungkumpulan dongeng anak sebelum tidur Teks Drama 8 Orang Dalam Bahasa Lampung, cerita.. 4 Sep 2018 . Contoh Naskah Drama Dalam Bahasa Inggris Untuk 8 Orang Tentang . berjudul Radin Jambat ini mengangkat dari cerita rakyat Lampung.. 26 Nov 2014 . Contoh Naskah Drama dalam Bahasa Inggris 8 Orang Bertemakan . Bahasa dan Sastra Inggris di Universitas Lampung, mereka adalah:. 33e5841960
Teks Drama 8 Orang Dalam Bahasa Lampung
Tika: Ngemik tugas bahaso Lappung. Gham mustei ngapalken minimal pak sesikun liwat disetor minggeu depan (ada, tugas bahasa lampung. Kita harus menghafalkan minimal empat peribahasa Lampung lalu disetor minggu depan)
Bahasa lampung terdiri dari dua dialek, yaitu dialek A(api) dan dialek O (nyo). Kali ini saya akan membahas dialek O. Dalam mempelajari bahasa Lampung, percakapan adalah hal yang penting. Siswa harus menguasai dasar-dasar percakapan untuk dapat mengerti bahasa Lampung dan dapat berbicara dengan orang Lampung. Berikut saya rangkum beberapa kosakata dasar untuk percakapan dalam bahasa Lampung.
Aplikasi translate bahasa Lampung yang kedua, kamu bisa memilih Kamus Bahasa Lampung Dialek A & O. Dengan kosakata lengkap, aplikasi yang dikembangkan oleh Dhukiya ini dapat menjadi aplikasi translate bahasa Lampung pilihan karena penggunanya pun telah mencapai lebih dari 100 ribu orang.
Sesikun/Sekiman adalah jenis sastra yang menggunakan bahasa kiasan, atau tidak bermakna harfiah. Fungsinya beragam, mulai dari alat pemberi nasihat, motivasi, sindiran, celaaan, sanjungan, perbandingan, juga pemanis dalam berbahasa.
Tidak seperti sastra Jawa, Sunda, dan Bali yang sudah lama memiliki sastra modern, sastra modern berbahasa Lampung baru bisa ditandai dengan kehadiran kumpulan sajak dwibahasa Lampung Indonesia karya Udo Z. Karzi, Momentum (2002). 25 puisi yang terdapat dalam Momentum tidak lagi patuh pada konvensi lama dalam tradisi perpuisian berbahasa Lampung, baik struktur maupun dalam tema. Dengan kata lain, Udo melakukan pembaruan dalam perpuisian Lampung sehingga ada yang menyebutnya "Bapak Puisi Modern Lampung".
Bahasa Lampung merupakan bagian dari rumpun bahasa Austronesia dari cabang Melayu-Polinesia, walaupun posisi tepatnya dalam Melayu-Polinesia sulit ditentukan. Kontak bahasa selama berabad-abad telah mengaburkan batas antara bahasa Lampung dan bahasa Melayu,[5][6][7] sehingga keduanya sempat digolongkan ke dalam subkelompok yang sama dalam kajian-kajian lama, seperti misalnya dalam klasifikasi linguis Isidore Dyen pada 1965, yang menempatkan bahasa Lampung ke dalam "Malayic Hesion" bersama bahasa-bahasa Malayan (mencakup bahasa Melayu, Minangkabau, dan Kerinci), Aceh dan Madura.[8]
Di antara bahasa-bahasa Javo-Sumatra, Nothofer menganggap bahwa bahasa Sunda kemungkinan merupakan kerabat terdekat bahasa Lampung, karena keduanya sama-sama mengubah bunyi *R dari bahasa Proto-Melayu-Polinesia (PMP) menjadi y dan mengalami metatesis atau pertukaran bunyi antara konsonan pertengahan dan akhir pada kata *lapaR dari bahasa Proto-Austronesia. Kata ini diturunkan menjadi palay yang berarti 'ingin' atau 'lelah' dalam bahasa Sunda dan 'rasa perih akibat kaki yang letih' dalam bahasa Lampung.[9] Walaupun pengelompokan Javo-Sumatra/Malayo-Javanic secara keseluruhan telah dikritik atau bahkan ditolak oleh berbagai ahli bahasa,[12][13] hubungan kekerabatan antara bahasa Lampung dan Sunda secara khusus didukung oleh linguis Karl Anderbeck (2007), sebab menurutnya kedua bahasa ini berbagi lebih banyak inovasi fonologis satu sama lain dibandingkan dengan kelompok Malayo-Chamik-BSS usulan Adelaar.[14]
Alexander Smith (2017) menunjukkan bahwa bunyi *j dan *d dari PMP mengalami merger ke d dalam bahasa Lampung. Perubahan ini merupakan salah satu ciri yang ia usulkan sebagai bukti bagi hipotesis Indonesia Barat yang dikembangkannya dari usulan linguis Austronesia senior Robert Blust.[15] Walaupun begitu, bukti-bukti leksikal yang diajukan bagi kelompok Indonesia Barat hampir tidak dapat ditemui dalam bahasa Lampung. Smith mampu mengidentifikasi beberapa inovasi leksikal Indonesia Barat dalam bahasa Lampung, tetapi ia tidak dapat memastikan apakah kata-kata ini merupakan turunan langsung dari Proto-Indonesia Barat atau merupakan pinjaman dari bahasa Melayu. Walaupun Smith mendukung penempatan bahasa Lampung ke dalam subkelompok Indonesia Barat, ia menyatakan bahwa hal ini masih dapat diperdebatkan.[7]
Dialek-dialek bahasa Lampung umumnya digolongkan berdasarkan realisasi pengucapan bunyi *a dari Proto-Lampungik dalam posisi akhir. Bunyi ini dipertahankan sebagai [a] dalam beberapa ragam, tetapi direalisasikan sebagai [o] dalam ragam lainnya.[16][17] Perbedaan pengucapan antara dua kelompok dialek inilah yang melahirkan istilah "dialek A" dan "dialek O".[18] Walker (1975) menggunakan istilah "Pesisir" atau "Peminggir" untuk dialek A dan "Abung" untuk dialek O,[19] tetapi Matanggui (1984) berpendapat bahwa istilah-istilah ini merupakan misnomer, karena istilah-istilah tersebut lebih sering dikaitkan dengan subsuku tertentu alih-alih untuk menandakan kelompok dialek secara linguistik.[18] Di sisi lain, Anderbeck dan Hanawalt menggunakan nama "Api" untuk Pesisir dan "Nyo" untuk Abung; kedua kata ini bermakna "apa" dalam masing-masing dialek.[6] Terdapat beberapa perbedaan leksikal antara dialek-dialek ini,[5] tetapi keduanya identik dalam hal morfologi dan sintaksis.[20]
Walker (1976) membagi Abung lebih lanjut ke dalam dua subdialek: Abung dan Menggala, serta memecah kelompok Pesisir ke dalam empat subdialek: Komering, Krui, Pubian, and Selatan.[5] Aliana (1986) memberi klasifikasi yang berbeda; menurutnya bahasa Lampung secara keseluruhan memiliki 13 dialek dari kedua kelompok.[21] Melalui analisis leksikostatistik, Aliana menemukan bahwa subdialek Talang Padang dari kelompok Pesisir memiliki kesamaan paling banyak dengan semua ragam yang disurvei; dengan kata lain, subdialek tersebut merupakan yang paling rendah tingkat divergensinya di antara ragam-ragam bahasa Lampung. Sementara, subdialek Jabung dari kelompok Abung merupakan yang paling divergen.[22] Meski begitu, survei Aliana tidak mencakup ragam-ragam Komering, karena beberapa kalangan tidak menganggap ragam-ragam Komering sebagai bagian dari bahasa Lampung.[23]
Klasifikasi dialek yang dilakukan oleh Hanawalt (2007) sebagian besarnya bersesuaian dengan versi Walker.[24] Hanya saja, Hanawalt menggolongkan Nyo, Api, dan Komering sebagai tiga bahasa terpisah alih-alih dialek dari satu bahasa yang sama, berdasarkan kriteria sosiologis dan linguistik.[25] Ia mencatat bahwa perbedaan terbesar antara ragam-ragam Lampungik adalah antara kelompok timur (Nyo) dan barat (Api dan Komering). Kelompok barat membentuk kesinambungan dialek yang luas, terbentang mulai dari ujung selatan Sumatra, terus ke utara hingga ke wilayah hilir Sungai Komering. Sebagian dari kelompok penutur Lampungik (seperti orang Komering dan Kayu Agung) menolak label "Lampung", walaupun pada dasarnya mereka mengakui bahwa kelompok ini "berkaitan secara etnis dengan suku Lampung di Provinsi Lampung".[24] Walaupun kebanyakan peneliti menggolongkan ragam Komering sebagai bagian dari Lampung Api, Hanawalt berpendapat bahwa keduanya memiliki perbedaan linguistik dan sosiologis yang cukup besar, sehingga ia memecahkan kelompok barat dan menetapkan Komering sebagai kelompok dialek mandiri, terpisah dari Lampung Api.[25]
Anderbeck menyatakan bahwa terdapat 4 fonem vokal dasar dan 3 diftong dalam rumpun bahasa Lampung. Ia juga menganggap fonem /e/ yang dinyatakan oleh Walker[27] merupakan alofoni dari /i/.[26] Selain itu, ia mencatat bahwa fonem /o/ yang sebelumnya dinyatakan terdapat pada bhasa Komering oleh Abdurrahman dan Yallop[28] merupakan alofoni dari /ə/.[26] Pelepasan dari fonem /ə/ sangat bervariasi antar dialeknya, tetapi polanya dapat diprediksi. Varietas Barat secara konsisten melepaskannya /ə/ ultima sebagai [o]. Selain itu, /ə/ penultima juga berubah menjadi [o] dalam varietas yang dituturkan di seluruh daerah aliran sungai Komering. Dalam banyak dialek Nyo, /ə/ akhiran dilepaskan sebagai [o] atau [a] jika fonem tersebut diikuti oleh /h/ atau /ʔ/. Dalam dialek Nyo Blambangan Pagar, /ə/ akhir dilepaskan sebagai [a] hanya jika vokal yang berada didepannya juga terdiri atas pepet. Jika tidak, /ə/ tetap akan dilepaskan sebagai [ə]. Berbeda halnya seperti dialek lain, dialek Melintin tetap melepaskan *ə sebagai [ə] di semua posisi.[29]
Liputan6.com, Jakarta Kata ganti orang merupakan salah satu jenis kata ganti dalam Bahasa Indonesia. Kata ganti adalah salah satu jenis kata yang yang fungsinya untuk menggantikan kata benda atau orang tertentu yang tidak disebut secara langsung.
Pada dasarnya, ketika kita bisa mengenal banyak orang, maka hal itu dapat membuka berbagai peluang yang awalnya tertutup rapat. Bagamana tidak? Kenalan bisa dibilang sebagai relasi terhebat dalam kehidupan karena mereka bisa membuat banyak perubahan pada hidup kita.
Nah, kendala yang biasa ditemui oleh orang-orang dalam mencari kenalan adalah mereka tidak bisa dengan baik mengucapkan kata perkenalan kepada orang yang ingin kita kenal. Entahlah, hal itu bisa dikarenakan kita gugup, ragu, kurang terbiasa, dan mungkin juga kurang percaya diri.
Padahal ada berbagai macam ucapan perkenalan yang bisa kita sampaikan kepada orang yang baru akan kita kenal. Ucapan-ucapan perkenalan itu pun bisa berbagai macam bahasa, bisa bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, atau bahkan bahasa yang akan kami bahas kali ini, yaitu bahasa mandarin.
Yak, jelas, disini kami akan membahas tentang contoh teks perkenalan dalam bahasa Mandarin. Karena sebelumnya kami sudah beberapa kali membahas tentang bahasa Mandarin, maka tidak afdol apabila kami disini tidak memberikan pengetahuan penting ini kepada kalian, yaitu contoh teks perkenalan dalam bahasa Mandarin. 2ff7e9595c
Comments